• RDM
  • Selasa, 28 Mei 2019

    TERNYATA KITA HANYA DIAJARKAN “MEMBUANG SAMPAH PADA TEMPATNYA”

    TERNYATA KITA HANYA DIAJARKAN 
    MEMBUANG SAMPAH PADA TEMPATNYA

           Sampah adalah benda-benda bekas yang sudah tidak terpakai lagi. Sampah itu bisa juga berupa sisa-sisa dari penggunaan bahan maupun barang-barang kebutuhan manusia sehari-hari. Semua yang tidak terpakai lagi untuk memenuhi kebutuhan akan dibuang dan menjadi sampah. Manusia memang tidak bisa terhindar untuk membuang sampah. Selesai makan, orang membuang bungkusnya. Pulang belanja, orang membuang kemasannya. Iya kalau bungkusnya adalah benda yang termasuk sampah organik masih bisa dilebur dan diurai oleh tanah. Tetapi kalau kemasannya berupa plastik pasti tidak bisa terurai baik oleh tanah ketika dipendam ataupun dengan obat pengurai. Butuh waktu ribuan tahun agar sampah plastik dapat terurai. Nah dari sini bisa kita ambil permasalahan dari sampah ini yang paling besar adalah masalah bungkus atau kemasan barang-barang kebutuhan manusia. Dan kita tahu itu adalah sampah plastik.

           Akhir-akhir ini ramai diberitakan bahwa indonesia termasuk negara terbesar kedua di dunia sebagai penghasil sampah plastik. Apakah kita tidak pernah diajarkan untuk mengelola sampah?
    Sebenarnya kita sudah diajarkan tentang kebersihan. Bahkan sejak kecil sudah kita tahu pepatah tentang bersih pangkal sehat, ada hadis kebersihan itu sebagian dari iman, buanglah sampah pada tempatnya. Bahkan penyediaan tempat sampah sudah sangat banyak dan dipilah mana sampah organik maupun yang bukan organik. Namun apakah kita tidak menyadari bahwa selama ini kita hanya diajarkan tentang membuang sampah pada tempatnya?, yang justru ini memunculkan permasalahan baru yang sangat besar dampaknya. Bukan bagaimana kita mengantisipasi supaya sampah tidak menimbulkan permasalahan baru bagi kehidupan maupun ekosistem lingkungan. Tidak menafikan para pengelola sampah. Entah berapa banyak pendaur ulang sampah plastik, namun yang pasti orang lebih banyak menggunakan benda berbahan plastik untuk memenuhi kebutuhan hidup. Yang sebenarnya bapak/ibu para pakar lingkungan, bapak/ibu para pengambil kebijakan, Apakah dalam memenuhi kebutuhan kita harus menggunakan plastik? Padahal kita tahu semua jika plastik menimbulkan masalah yang sangat besar yang tidak kita sadari seperti bom waktu yang suatu saat akan meledakan diri kita semua atau mungkin anak cucu kita. Dan sekarang kita sudah sangat ketergantungan untuk menggunakan benda berbahan plastik terutama untuk kemasan sebuah produk.
    Menurut saya, kita harus menemukan cara untuk tidak terus ketergantungan dengan makhluk yang bernama plastik mulai saat ini juga. Mungkin di sekolahan akan tetap mengajarkan buanglah sampah pada tempatnya. Itu memang benar, tapi mungkin kita perlu diajarkan untuk menghindari penggunaan plastik dalam pengemasan, dan terus mencari solusi yang terbaik dalam penanganan sampah plastik agar “membuang sampah pada tempatnya” tidak menjadi suatu permasalahan kehidupan.


           Ini adalah tulisan dari benak hatiku yang sejak lama terpendam. Sejak akhir tahun 2017  sewaktu pulang dari Raimuna Penegak di BUPERTA Cibubur, Jawa Barat. Raimuna itu perkemahan atau pertemuan para pramuka golongan penegak, dan saat itu adalah even tingkat nasional. Pulang dari acara tersebut saya diwawancarai oleh pembina OSIS tentang pengalaman yang didapat, dan saya dituntut untuk membuat rencana tindak lanjut dan mengembangkan pengalaman itu di sekolah. Tapi saya bingung mau membuat apa, meskipun sudah dibimbing oleh pembina osis. Awalnya mau membuat BANK SAMPAH seperti pengalaman yang kudapatkan saat study tour di Yogyakarta. Masih tetap bingung bagaimana untuk memulainya. Hingga masa kepengurusan osis selesai tidak terealisasi juga. Dan saat tiba kelas dua belas saya harus fokus untuk belajar untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian nasional. Namun saya ingin berbagi tentang benak hati yang sempat membuat gelisah kepada teman-teman yang punya kepedulian terhadap lingkungan. Semoga bermanfaat. Karena sampah akan menjadi problem yang besar dan mungkin saja seperti pemanasan global. Jika polusi udara mengakibatkan pemanasan global, maka akan merusak bagian langit bumi atau lapisan atmosver. Dan begitu juga dengan sampah yang mencemari bumi akan merusak permukaan bumi. Jika lapisan atmosver saja sudah rusak dan ditambah lagi permukaan bumi yang dihuni manusia sudah tercemar, Apakah hal ini tidak menimbulkan perusakan lingkungan secara global?.
    Comments

    maalmaruf

    Kepala Madrasah

    MA Al-Ma'ruf adalah sebuah Madrasah Aliyah yang setingkat dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang bercirikhaskan Agama Islam .