TERNYATA KITA HANYA DIAJARKAN
“MEMBUANG SAMPAH
PADA TEMPATNYA”
Sampah adalah benda-benda bekas yang sudah tidak terpakai lagi. Sampah itu
bisa juga berupa sisa-sisa dari penggunaan bahan maupun barang-barang kebutuhan
manusia sehari-hari. Semua yang tidak terpakai lagi untuk memenuhi kebutuhan
akan dibuang dan menjadi sampah. Manusia memang tidak bisa terhindar untuk
membuang sampah. Selesai makan, orang membuang bungkusnya. Pulang belanja,
orang membuang kemasannya. Iya kalau bungkusnya adalah benda yang termasuk
sampah organik masih bisa dilebur dan diurai oleh tanah. Tetapi kalau
kemasannya berupa plastik pasti tidak bisa terurai baik oleh tanah ketika
dipendam ataupun dengan obat pengurai. Butuh waktu ribuan tahun agar sampah
plastik dapat terurai. Nah dari sini bisa kita ambil permasalahan dari sampah
ini yang paling besar adalah masalah bungkus atau kemasan barang-barang
kebutuhan manusia. Dan kita tahu itu adalah sampah plastik.
Akhir-akhir ini ramai diberitakan bahwa indonesia termasuk negara terbesar
kedua di dunia sebagai penghasil sampah plastik. Apakah kita tidak pernah
diajarkan untuk mengelola sampah?
Sebenarnya kita sudah diajarkan tentang kebersihan. Bahkan sejak kecil
sudah kita tahu pepatah tentang bersih pangkal sehat, ada hadis kebersihan itu
sebagian dari iman, buanglah sampah pada tempatnya. Bahkan penyediaan tempat
sampah sudah sangat banyak dan dipilah mana sampah organik maupun yang bukan
organik. Namun apakah kita tidak menyadari bahwa selama ini kita hanya diajarkan
tentang membuang sampah pada tempatnya?, yang justru ini memunculkan
permasalahan baru yang sangat besar dampaknya. Bukan bagaimana kita
mengantisipasi supaya sampah tidak menimbulkan permasalahan baru bagi kehidupan
maupun ekosistem lingkungan. Tidak menafikan para pengelola sampah. Entah berapa banyak pendaur ulang
sampah plastik, namun yang pasti orang lebih banyak menggunakan benda berbahan
plastik untuk memenuhi kebutuhan hidup. Yang sebenarnya bapak/ibu para pakar
lingkungan, bapak/ibu para pengambil kebijakan, Apakah dalam memenuhi kebutuhan
kita harus menggunakan plastik? Padahal kita tahu semua jika plastik
menimbulkan masalah yang sangat besar yang tidak kita sadari seperti bom waktu
yang suatu saat akan meledakan diri kita semua atau mungkin anak cucu kita. Dan
sekarang kita sudah sangat ketergantungan untuk menggunakan benda berbahan
plastik terutama untuk kemasan sebuah produk.
Menurut saya, kita harus menemukan cara untuk tidak terus ketergantungan
dengan makhluk yang bernama plastik mulai saat ini juga. Mungkin di sekolahan akan
tetap mengajarkan buanglah sampah pada tempatnya. Itu memang benar, tapi
mungkin kita perlu diajarkan untuk menghindari penggunaan plastik dalam
pengemasan, dan terus mencari solusi yang terbaik dalam penanganan sampah
plastik agar “membuang sampah pada tempatnya” tidak menjadi suatu permasalahan
kehidupan.
Ini adalah tulisan dari benak hatiku yang sejak lama terpendam. Sejak akhir
tahun 2017 sewaktu pulang dari Raimuna
Penegak di BUPERTA Cibubur, Jawa Barat. Raimuna itu perkemahan atau pertemuan
para pramuka golongan penegak, dan saat itu adalah even tingkat nasional.
Pulang dari acara tersebut saya diwawancarai oleh pembina OSIS tentang
pengalaman yang didapat, dan saya dituntut untuk membuat rencana tindak lanjut
dan mengembangkan pengalaman itu di sekolah. Tapi saya bingung mau membuat apa,
meskipun sudah dibimbing oleh pembina osis. Awalnya mau membuat BANK SAMPAH
seperti pengalaman yang kudapatkan saat study tour di Yogyakarta. Masih tetap
bingung bagaimana untuk memulainya. Hingga masa kepengurusan osis selesai tidak
terealisasi juga. Dan saat tiba kelas dua belas saya harus fokus untuk belajar
untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian nasional. Namun saya ingin berbagi
tentang benak hati yang sempat membuat gelisah kepada teman-teman yang punya
kepedulian terhadap lingkungan. Semoga bermanfaat. Karena sampah akan menjadi
problem yang besar dan mungkin saja seperti pemanasan global. Jika polusi udara
mengakibatkan pemanasan global, maka akan merusak bagian langit bumi atau
lapisan atmosver. Dan begitu juga dengan sampah yang mencemari bumi akan
merusak permukaan bumi. Jika lapisan atmosver saja sudah rusak dan ditambah
lagi permukaan bumi yang dihuni manusia sudah tercemar, Apakah hal ini tidak
menimbulkan perusakan lingkungan secara global?.